Sekonyong waktu, tiba-tiba lenyap lewat lorong-lorong dan hari-hari,
Bak gelombang badai merenggut bumi,
Menunjukkan betapa aku pernah mencintaimu sebelum mengenalmu.
Adalah matamu, labirin air, tanah, api, udara,
Yang ku cintai kala ku bayangkan yang ku cintai.
Adalah milikmu, suaramu yang mengucap kata-kata kehidupan.
Adalah wajahmu.
Adalah kulitmu.
Sebelum mengenalmu, kau berada di pepohonan dan pegununan dan gulungan awan yang ku saksikan di ufuk senja.
Begitu jauh dari ku,
Dalam diriku, kau adalah cahaya.
great......
ReplyDelete[terimakasih atas sensasi kala membacanya]
ahem,..
ReplyDeleteHaiii.....kau yg sedang berpuitis,,,
ReplyDeletetaukah malam hampir menyerah dg pagi.....
taukah dingin malam akan berganti dg sejuk nya pagi...
kau tak akan menyangkal muda ini akan berganti tua...
dan aku d sini....masih berpikir untuk apa hari ini??
dan u apa hari esok....
mungkin permainan ini akan usai..
biarkan alfonso tua tanpa marimar....
ups, maap, baru baca comment ini,..
Deleteternyata dirimu bisa sastra jg yak,..